Sunday, August 25, 2019

Negara Maju Mengimpor Barang Jadi Dari Negara Berkembang

Karena USA dan China sedang tidak saling ekspor-impor, maka mereka mencari dari negara selain China dan USA untuk dijadikan teman berdagang. China dan USA pun memilih Indonesia. Lalu Indonesia dipilih sebagai penyedia barang dan jasa bagi China dan USA. Namun, apakah sesederhana itu?

..


Untuk dapat bersaing, maka suatu unit industri harus memiliki atau memiliki kuasa atas segala proses dari hulu ke hilir. Misalnya, jika suatu perusahaan memiliki kuasa lebih dalam tawar-menawar harga bahan baku, maka dapat dipastikan akan lebih unggul dibandingkan perusahaan yang tidak memiliki kuasa pengendalian harga bahan baku. Begitu juga untuk segala urusan distribusi produk. Perusahaan yang memiliki armada ekspedisi sendiri atau memiliki kuasa lebih dalam deregulasi tarif, akan lebih unggul bersaing daripada yang tidak memiliki kuasa atas urusan distribusi produk.

Hal tersebut mungkin terlihat 'tricky' atau licik. Namun,asalkan sesuai dengan aturan main, sah-sah saja kan. Hal tersebut biasanya dilakukan dengan cara lobby antar perusahaan. Bahkan hingga sekarang masih terdapat beberapa perusahaan yang memiliki induk perusahaan yang sama, yang melakukan praktik memprioritaskan perusahaan kerabatnya. Contoh sederhana misalnya, operator bus penumpang yang satu induk dengan operator kapal ferry, bisa saja mendapat harga lebih murah dan diutamakan masuk penyeberangan lebih cepat. Hasilnya, operator bus tersebut dapat lebih unggul bersaing dengan operator lain yang harus membayar penyeberangan lebih mahal dan diberangkatkan belakangan. Contoh sederhana ini juga dapat muncul dalam perdagangan lintas negara.

Selain memperkuat hubungan baik antar perusahaan, belanja modal berupa mesin produksi terbaru yang paling efisien dan paling produktif juga harus dilakukan. Meningkatkan volume produksi biasanya dilakukan untuk merasakan dampak economy of scale. Artinya, biaya untuk membeli mesin baru dan bangunan baru dapat dibalikkan dengan menjual produk sebanyak-banyaknya. Terlebih jika dalam akuisisi bahan baku terdapat bonus pembelian atau 'beli banyak harga kurang' ala ala toko grosir. 

Dari segi penelitian dan pengembangan produk, seharusnya perusahaan menerapkan fitur lebih canggih daripada perusahaan saingan. Jika produk sudah superior, namun harga tetap sama, maka pembeli akan memilih produk tersebut. Di sisi lain, untuk menjadi superior dari segi fitur, bisa jadi perusahaan rugi di awal karena harus investasi penelitian teknologi baru. Sudah ada banyak kisah perusahaan yang gulung tikar karena hasil riset tidak cocok dengan kebutuhan pasar.

Penelitian dan pengembangan produk dapat juga dilakukan ke arah selain fitur superior. Misalnya, jika suatu perusahaan mengincar pembeli dari negara A, maka perusahaan tersebut dapat membeli bahan baku yang berasal dari negara A dan dipakai oleh perusahaan serupa di negara A. Hal ini mungkin dapat membuat pemerintah di negara A sedikit melunakkan deregulasi, karena komoditas mereka diekspor. Itu jika beruntung, jika tidak, maka akan muncul 'lelang' antara perusahaan lokal dan perusahaan asing. Jika perusahaan asing yang menang, maka perusahaan lokal di negara A akan kesulitan dalam mencari bahan baku yang tepat. Perusahaan asing mendapat bahan baku yang sudah tepat dan cocok digunakan oleh pembeli dari pasar negara A. Untuk itu, perusahaan yang tidak berasal dari negara A, harus melakukan penelitian dan pengembangan produk berbahan baku baru tersebut agar lebih unggul daripada perusahaan di negara A.

Dalam hal economy of scale dengan basis industri padat karya, Indonesia masih perlu memenangkan persaingan dengan negara-negara ASEAN dan Asia Selatan. Karena mereka juga memiliki puluhan jutaan tenaga kerja usia produktif. Salah satu cara agar lebih diutamakan adalah dengan membeli (impor) bahan baku dari negara tujuan ekspor. Hal ini mungkin akan jadi tren yang lebih 'harmonis' dibandingkan dengan hanya mencari produsen dengan harga paling murah. Hal ini juga dapat dilakukan negara berkembang kepada negara maju. Misalnya di negara maju mereka sibuk membuat komputer, mobil, dan pesawat, padahal teknologi perkebunan kapas mereka sangat produktif karena memakai teknologi mutakhir. Maka negara berkembang dapat mengimpor kapas dari negara maju untuk dijadikan produk sandang.

No comments:

Post a Comment