Saturday, August 24, 2019

Berharap Danau Toba Lolos UNESCO Global Geopark Network

Sebagai orang yang sudah pernah mengunjungi semua geosite di kawasan Danau Toba, dan menjadi saksi perubahannya dari keadaan 5 tahun lalu, jujur saya sangat berharap Geopark Nasional Kaldera Toba untuk 'naik pangkat' menjadi UNESCO Global Geopark Network. Biarlah beramai-ramai National Geographic, Discovery, Smithsonian, BBC, dan akademisi top dunia ikut menyoroti dan melindungi Geopark Kaldera Toba, bila perlu 24 jam tiap hari, 7 hari tiap minggu.

Apa pentingnya masuk UNESCO Global Geopark Network ?

UNESCO Global Geopark Network (UGGN) bisa jadi menyajikan apresiasi internasional bahkan global atas suatu geopark. Dari sudut pandang kepentingan pariwisata misalnya, masuk ke UGGN akan menyokong dari segi promosi, pemasaran, merek, pengiklanan, dsb. Bayangkan jika Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) juga akan ikut serta menyuarakan keindahan Danau Toba. Lebih lagi, PBB bisa menghimpun dan mengajak organisasi-organisasi internasional lainnya untuk ikut berkunjung ke Danau Toba dan menikmati keindahannya. Namun itu dari sudut pandang pariwisata. Bagimana dari sudut pandang kepentingan lainnya?

Dari sudut pandang kepentingan ilmu bumi, maka bisa jadi Danau Toba dilihat sebagai laboratotium sekaligus museum raksasa. Dianggap sebagai museum adalah karena memang ada banyak bukti sejarah (sejarah yang dimaksud di sini adalah sejarah bumi ribuan bahkan jutaan tahun lalu, bukan 5 tahun lalu) yang terpapar sebegitu 'telanjang'-nya di kawasan Danau Toba. Tidak perlu banyak menggali, sudah kelihatan. Dianggap sebagai laboratorium adalah karena jika rasa ingin tahu tentang sejarah bumi ingin dijawab dan dipenuhi, maka kawasan Danau Toba adalah tempat yang tepat. Mungkin kegiatan menggali untuk mendapatkan sampel batuan di kawasan Danau Toba dapat menghasilkan cerita-cerita ilmiah tentang hal-hal masa lampau yang pernah terjadi di bumi.

Oleh karena itu, maka untuk masuk ke UGGN, salah satu hal yang diperhatikan adalah koneksi dan relasi antara manusia dan buminya. Hubungan yang dimaksud bukanlah ketika penduduk setempat melakukan pemujaan kepada batu dan gunung di sekitarnya. Namun apakah dinding-dinding batuan tersebut dijaga dan dilestarikan oleh penduduk setempat? Jika penduduk atau pemerintahnya tidak peduli betapa pentingnya kadar keilmuan pada dinding batu tersebut dan hanya mengerukknya untuk dijual sekian ribu Rupiah per karung, maka sudah jelas bahwa batuan itu tidak penting! Lain halnya jika penduduk lokal melakukan upaya penelitian terhadap batuan tersebut. Terlebih jika batuan tersebut punya hubungan unik dengan flora dan fauna yang ada di sekitarnya. Anggaplah penduduk dan pemerintah setempat butuh dana jutaan US Dollar untuk merampungkan penelitian tersebut namun hanya punya segelintir dana riset, setelahnya jika sudah masuk UGGN, seharusnya PBB akan menghimpun dan mengajak organisasi-organisasi internasional lainnya untuk ikut menggelontorkan dana hibah riset dan mengirimkan para cendekiawan top dunia.

Sesuai judul tulisan ini, wajar jika dipertanyakan apakah penting kaldera Danau Toba lolos UGGN? Hal ini tentu kembali kepada kepentingan dan sudut pandang masing-masing. Oknum yang bergerak dan berkarya di bidang pendidikan dan penelitian wajar berharap bahwa masuknya kaldera Danau Toba ke UGGN akan menjadi kelanjutan yang lebih serius dan masif bagi masuk serta tersebarnya ilmu pendidikan tinggi tentang bumi dan bermukimnya ilmuwan-ilmuwan geologi tersohor dunia di kawasan Danau Toba. Bayangkan jika Danau Toba menjadi topik pembicaraan yang trending di antara para petinggi-petinggi negara-negara dunia, dan bukan hanya diomongkan, namun ditindaklanjuti dengan memberi dana riset membiayai peneliti lokal dan mengirimkan para ilmuwan top mereka. Tentu saja, objek penelitian mereka harus dijaga dan dilindungi ibarat objek di museum atau sama seperti ramuan di laboratorium.

Sekali lagi, jujur saya sangat ingin agar National Geographic, Discovery, Smithsonian, BBC, dan akademisi top dunia beramai-ramai ikut menyoroti dan melindungi Geopark Kaldera Toba, bila perlu 24 jam tiap hari, 7 hari tiap minggu.

No comments:

Post a Comment