Semapt kemarin ada yang bilang kalau kunci LDR itu ada 3, yaitu:
1. Saling percaya
Percaya kalau si doi gak akan macam-macam atau yang aneh-aneh di tempat yang jauh di sana. Tidak perlu curigaan terlalu berlebihan. Bodo amat dah, pokoknya percaya aja!
2. Saling dukung
Jika si doi lagi mengerjakan sesuatu, ikut perlombaan, ikut kompetisi, harus kita dukung. Kita kasih kata-kata penyemangat tiap hari. Jangan kasih kendor dalam mendukung upayanya agar menjadi lebih baik lagi, agar bisa wisuda cepat waktu, agar bisa punya rumah, pabrik, dan mobil.
3. Saling doa
Melibatkan Tuhan, Ajak dia untuk aktif membaca ayat-ayat. Ingatkan dirinya akan kematian dan neraka, maka dia gak berbuat dosa.
Namun ada lagi yang mengatakan 3 kunci LDR yang versi lain, yaitu:
1. Komitmen komunikasi yang anti-mainstream dan detail
Cemana yang mainstream rupanya? Itulah yang nanyak apa kabar, udah makan belom, inget makan. Jangan chat mainstream! Tanyak lah, masih makan nasik kau? udah tobat dari hobi mencontek? Terus, ngasih kabar itu harus detail. Keuntungannya, pasangan jadi gak merasa diabaikan dengan jawaban-jawaban singkat seperti iya, gak, oh. Kalau detail, hal-hal lain akan muncul jadi topik bahasan pembicaraan.
2. Menjaga ekspektasi dan 'memberi makan' ego
Berbagai pengorbanaan jadi tidak dapat terlihat pada saat lagi LDR. Misalnya, si doi membatalakan janji nya dengan teman-teman untuk bisa jalan bareng loe, hal ini tidak dapat terjadi ketika LDR. Padahal ada pengorbanan waktu saat telponan sampek berjam-jam, namun terkadan hal ini tidak disadari. Sejujurnya, kita tidak tahu apa ekspektasi pasangan. Mungkin baginya, telponan seminggu sekalai atau chattingan saling sapa sehari sekali sudah cukup. Mungkin juga haru telponan 3 kali sehari dan chattingan non-stop 24 jam. Bisa berlebihan, bisa jadi risih dan terganggu. Jika kekurangan, yah pokoknya jadi masalah dah. Ini nih yang harus dijaga dengan cara selalu memberikan kabar, dan saling sapa saat membuka bangun pagi dan menutup tidur malam. Selain itu, harus menjaga ego pasangan. Harus kerja dan usaha ekstra dalam memuji dan memberikan perhatian. Apalagi, jika kamu dan teman-teman mu share atau post foto momen bahagia, kamu harus melakukan lebih pada pasanganmu. Masak iya kamu posting screenshoot lagi vcall sama orang, tapi gak vcall dia. Masak iya, kamu ambil HaPe orang dan posting foto wajah mu di HaPe orang tapi foto pasangan mu gak pernah kamu post? Kan gak iya kali nih.
3. Tidak sirik dengan orang-orang di sekitar yang non-LDR dengan pasangan nya
Sadar diri! Tau diri! Loe tuh udah punya pacar, yang mendoakan mu dari jauh, yang mendukung mu sebisa mungkin walau jarak menghadang. Lagian, itu orang yang non-LDR pasti ada waktunya untuk LDR-an. Percayalah akan tiba saatnya bagi yang LDR untuk ketemuan lagi.
Thursday, November 22, 2018
TAPANULI UTARA SEHARUSNYA JADI 'SARANG' ATAU ' MARKAS' TOURIST GUIDE (PRAMU WISATA)
Mungkin kita sama-sama tahu kalau di Tapanuli Utara (Taput) terdapat pintu masuk ke Danau Toba. Pintu masuk itu ialah Bandara Silangit atau Bandara Sisingamangaraja XII, atau Siborong-Borong DTB. Upaya pengembangan bandara ini terbilang serius, megah, dan totalitas. Pasalnya, rute ke Kuala Lumpur, Malaysia, pun ada di bandara ini. Sudah bisa orang dari Toba langsung ke Kuala Lumpur, Malaysia. Bahkan dari Silangit bisa langsung ke Jakarta. Bahkan dulu, sempat ada penerbangan langsung Singapura antara Silangit.
Tapi, penerbangan Singapura dan Silangit, pada saat tulisan ini dibuat, sudah tidak ada lagi. Kenapa?
Pada tulisan ini, hanya memberikan asumsi dan kemungkinan. Katakan saja, mungkin karena tourist guide atau pramu wisata belum dalam jumlah melimpah. Mungkin di Pulau Samosir dan Parapat ada banyak tourist guide atau pramu wisata, dan hal ini sangat wajar. Wajar karena kedua tempat ini adalah masih tujuan utama yang diketahui wisatawan. Misalnya, sering diucapkan seperti begini, 'Danau Toba adalah danau yang luas, dan di tengah-tengah nya ada suatu pulau, yaitu Pulau Samosir'. Kalau orang datang dari arah Medan, maka kemungkinan pergi ke Samosir lewat Parapat. Parapat terkenal dengan pantainya, pelabuhannya, dan juga daerah yang komplit dari segi perhotelan dan MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition" (Pertemuan, Insentif, Konvensi, dan Pameran); misalnya tempat rapat). Jadi, adalah wajar bila ada banyak tourist guide atau pramu wisata di Pulau Samosir dan Parapat.
Padahal, pintu masuk nya sekarang adalah Bandara Silangit. Mungkin anda bisa bayangkan ketika turis atau wisatawan datang dan dia bingung harus mencari informasi kemana, bertanya kepada siapa. Bisa jadi dia akan segan untuk menanyakan, karena takut mengganggu orang-orang di sekitarnya. Lantas dia bertemu dengan supir yang mau mengantarnya. Mungkin di sepanjang perjalanan, si supir sedikit banyak bercerita dan menunjukkan berbagai objek di dalam perjalanan dari Bandara Silangit ke Parapat atau ke Samosir. Lantas si turis atau wisatawan mungkin merasa bahwa si supir adalah tourist guide atau pramu wisata, Bukan ada maksud merendahkan siapa pun, namun hal ini adalah mungkin keliru, karena supir dan pramu wisata yang profesional itu berbeda.
Information desk dan Pusat Informasi Pariwisata Tapanuli Utara (North Tapanuli Tourist Information Centre) mungkin seharusnya dikembangkan agar lebih mumpuni untuk menanggapi kebutuhan dan keinginan turis atau wisatawan dalam mendapatkan informasi. Mungkin ada baiknya jika puluhan atau bahkan ratusan petugas dan pramu wisata harus selalu siap siaga dan bersedia untuk memandu wisatawan.
Itupun harus ada counter atau center bagi travel agent dan tourist guide yang resmi, dan terlatih. Jangan sampai nanti ada orang-orang atau oknum-oknum tertentu yang mengaku sebagai tourist guide atau pramu wisata di Bandara Silangit, padahal abal-abal, tidak jelas, tidak terlatih, tidak resmi. Saat memandu, yang diceritakannya justru hal-hal yang keliru dan menjelek-jelekkan tentang fakta ilmiah, legenda-kepercayaan, dan adat-istiadat budaya masyarakat Suku Batak. Saat memandu justru membuang sampah sembarangan.
Hal ini harus dijadikan sebagai kesempatan emas bagi Taput dalam pengembangan SDM bagi anak-anak muda di Taput. Dilatih story telling, diajarin story line, dilatih berbahasa Inggris, Melayu, dan Bahasa Batak, diajarin fakta ilmiah, legenda-kepercayaan, dan adat-istiadat budaya masyarakat Suku Batak dari A sampai Z. Sekali lagi saya pikir mungkin seharusnya dalam jumlah anak muda yang banyak, dan pendidikan yang besar-besaran. Sehingga saat wisatawan yang terbang dari Jakarta, Malaysia, Singapura, Bali, Batam, dan Medan ke Bandara Silangit, mereka langsung disambut dan dilayanai oleh travel agent lokal dan pramu wisata lokal yang merupakan anak-anak muda dari Tapanuli Utara.
Demikian dulu curhat asumsi saya kali ini.
Tapi, penerbangan Singapura dan Silangit, pada saat tulisan ini dibuat, sudah tidak ada lagi. Kenapa?
Pada tulisan ini, hanya memberikan asumsi dan kemungkinan. Katakan saja, mungkin karena tourist guide atau pramu wisata belum dalam jumlah melimpah. Mungkin di Pulau Samosir dan Parapat ada banyak tourist guide atau pramu wisata, dan hal ini sangat wajar. Wajar karena kedua tempat ini adalah masih tujuan utama yang diketahui wisatawan. Misalnya, sering diucapkan seperti begini, 'Danau Toba adalah danau yang luas, dan di tengah-tengah nya ada suatu pulau, yaitu Pulau Samosir'. Kalau orang datang dari arah Medan, maka kemungkinan pergi ke Samosir lewat Parapat. Parapat terkenal dengan pantainya, pelabuhannya, dan juga daerah yang komplit dari segi perhotelan dan MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition" (Pertemuan, Insentif, Konvensi, dan Pameran); misalnya tempat rapat). Jadi, adalah wajar bila ada banyak tourist guide atau pramu wisata di Pulau Samosir dan Parapat.
Padahal, pintu masuk nya sekarang adalah Bandara Silangit. Mungkin anda bisa bayangkan ketika turis atau wisatawan datang dan dia bingung harus mencari informasi kemana, bertanya kepada siapa. Bisa jadi dia akan segan untuk menanyakan, karena takut mengganggu orang-orang di sekitarnya. Lantas dia bertemu dengan supir yang mau mengantarnya. Mungkin di sepanjang perjalanan, si supir sedikit banyak bercerita dan menunjukkan berbagai objek di dalam perjalanan dari Bandara Silangit ke Parapat atau ke Samosir. Lantas si turis atau wisatawan mungkin merasa bahwa si supir adalah tourist guide atau pramu wisata, Bukan ada maksud merendahkan siapa pun, namun hal ini adalah mungkin keliru, karena supir dan pramu wisata yang profesional itu berbeda.
Information desk dan Pusat Informasi Pariwisata Tapanuli Utara (North Tapanuli Tourist Information Centre) mungkin seharusnya dikembangkan agar lebih mumpuni untuk menanggapi kebutuhan dan keinginan turis atau wisatawan dalam mendapatkan informasi. Mungkin ada baiknya jika puluhan atau bahkan ratusan petugas dan pramu wisata harus selalu siap siaga dan bersedia untuk memandu wisatawan.
Itupun harus ada counter atau center bagi travel agent dan tourist guide yang resmi, dan terlatih. Jangan sampai nanti ada orang-orang atau oknum-oknum tertentu yang mengaku sebagai tourist guide atau pramu wisata di Bandara Silangit, padahal abal-abal, tidak jelas, tidak terlatih, tidak resmi. Saat memandu, yang diceritakannya justru hal-hal yang keliru dan menjelek-jelekkan tentang fakta ilmiah, legenda-kepercayaan, dan adat-istiadat budaya masyarakat Suku Batak. Saat memandu justru membuang sampah sembarangan.
Hal ini harus dijadikan sebagai kesempatan emas bagi Taput dalam pengembangan SDM bagi anak-anak muda di Taput. Dilatih story telling, diajarin story line, dilatih berbahasa Inggris, Melayu, dan Bahasa Batak, diajarin fakta ilmiah, legenda-kepercayaan, dan adat-istiadat budaya masyarakat Suku Batak dari A sampai Z. Sekali lagi saya pikir mungkin seharusnya dalam jumlah anak muda yang banyak, dan pendidikan yang besar-besaran. Sehingga saat wisatawan yang terbang dari Jakarta, Malaysia, Singapura, Bali, Batam, dan Medan ke Bandara Silangit, mereka langsung disambut dan dilayanai oleh travel agent lokal dan pramu wisata lokal yang merupakan anak-anak muda dari Tapanuli Utara.
Demikian dulu curhat asumsi saya kali ini.
Labels:
badan otorita danau toba,
badanotoritadanautoba,
bpodt,
danau toba,
institut teknologi del,
lake toba,
samosir,
tao toba,
tapanuli,
tapanuli utara,
tapanuliutara,
taput,
toba,
toba lake,
toba samosir
INGIN KU S-2 KE BELANDA (PART-2)
Jadi, aku dan dosen ku yang di Indonesia dan dosen ku yang di Amsterdam, Belanda sudah berusaha keras agar Universiteit van Amsterdam masuk ke daftar LPDP non-afirmasi. Namun semua upaya tidak merubah apapun. :(
Beberapa minggu yang lalu aku dan dosen ku yang dari Belanda sempat berjumpa di kampus. Kami berbincang sambil minum kopi. Kami juga berbincang saat di atas kapal menuju sebuah air terjun. Kami juga berbincang saat makan malam. Eehh..
Intinya, beliau tampak sedikit sedih karena UvA tidak ada masuk daftar dan di bagian yang ada UvA di daftar afirmasi, kami tidak bisa masuk.
Oh iya, dari kampus kami ada 6 orang yang segerombolan yang mendapatkan LoA ke UvA. Kami dapat LoA dari jalur Pre-Master, dosen dari UvA datang mengajar ke kampus kami di Indonesia.
Nah jadi beliau menyarankan agar tidak terlalu berharap ke satu beasiswa saja, misalnya LPDP saja atau StuNed saja. Tapi kami terlalu berharap ke LPDP bukan tanpa alasan. Kami tergiur kemampuan LPDP menawarkan beasiswa full. Sedangkan beasiswa yang lain justru banyak yang pakai persenan. Misalnya dari total biaya Rp 800 juta, yang dibiayai adalah 20 persen atau Rp 160 juta.
Beliau meyarankan agar lebih semangat lagi dalam mencari beasiswa. Karena bisa jadi harus mendapatkan 2 atau 3 beasiswa sekaligus agar biaya kuliah 100% terpenuhi.
Di sisi lain, juga diperlukan dukungan yang penuh dari kampus kami, seperti dosen, pejabat di kampus, atau komponen lainnya. Misalnya untuk meyakinkan suatu organisasi (yang tugasnya tidak terkhusus untuk memberi beasiswa, hanya sekedar bantuan atau CSR(Tanggung Jawab Sosial Perusahaan) agar mau memberikan bantuan dana agar kami dapat melanjutkan S-2.
Diharapkan, tokoh sekelas Rektor, Dekan, atau KaProdi mau nimbrung ke perusahaan-perusahaan untuk hal ini.
Beliau juga menyarankan agar Rektor, Dekan, atau KaProdi juga lebih dilibatkan lagi ke dalam Program Pre-Master. Bisa sebagai pengajar atau sedikit meracik kurikulum. Sehingga dapat mengetahui detail dari kemajuan dan perkembangan mahasiswa nya. Atau sepalingtidaknya, rasa atau perasaan dibutuhkan dan dilibatkan itu terkadang dapat membuat seseorang menjadi senang dan mau mendukung dengan lebih banyak, lebih besar, dan lebih sering-sering lagi.
Akhir kata, ada hal yang menyeramkan yang dosen dari Belanda sampaikan. Yaitu, jika dari kami ber-6 tidak ada 3 orang yang melanjut ke UvA, maka program kerjasama yaitu Pre-Master ini akan BERHENTI. Terlebih lagi, TIDAK ADA ekstensi masa berlaku LoA. Beliau merasa bahwa pemegang jabatan masih kurang turun tangan dan menunjukkan kepedulian dengan program ini. Jika perhatian dari para pemegang jabatan juga dirasa tetap kurang dan tidak ditunjukkan adanya kepedulian yang meningkat, maka jelas sajalah program ini DIHENTIKAN.
Beliau menyatakan ada kampus lain yang sudah jelas-jelas 'merendahkan hati' mereka, menerima dan menanggapi dengan antusias, dan tentu saja memberikan uang yang lebih banyak. Kampus tersebut bisa dibilang lebih tidak segan-segan mengeluarkan uangnya dalam jumlah lebih banyak, lebih besar, dan lebih sering-sering. Jadi bukan dosen dari Belanda yang 'berkorban', tetapi justru dosen dari Belanda yang akan membawa uang lebih ke negaranya. Tentu saja, mereka sudah punya rencana yang matang, jelas, dan terperinci. Sehingga, jiwa meneliti dan jiwa mengajar dari dosen Belanda pun meningkat.
Nah kalau para pemegan jabatan saja tidak menunjukkan kepedulian, siapa yang tak lemas? pasti semangatnya justru jatuh, benar kah? Yang ada justru untuk MENGAKHIRI program ini.
Demikian dulu Part-2 kali ini. Semoga kami, ""Yang Sisa 6 Orang"" dapat melanjutkan S-2 ke UvA di tahun 2019. Amiinnn..
Beberapa minggu yang lalu aku dan dosen ku yang dari Belanda sempat berjumpa di kampus. Kami berbincang sambil minum kopi. Kami juga berbincang saat di atas kapal menuju sebuah air terjun. Kami juga berbincang saat makan malam. Eehh..
Intinya, beliau tampak sedikit sedih karena UvA tidak ada masuk daftar dan di bagian yang ada UvA di daftar afirmasi, kami tidak bisa masuk.
Oh iya, dari kampus kami ada 6 orang yang segerombolan yang mendapatkan LoA ke UvA. Kami dapat LoA dari jalur Pre-Master, dosen dari UvA datang mengajar ke kampus kami di Indonesia.
Nah jadi beliau menyarankan agar tidak terlalu berharap ke satu beasiswa saja, misalnya LPDP saja atau StuNed saja. Tapi kami terlalu berharap ke LPDP bukan tanpa alasan. Kami tergiur kemampuan LPDP menawarkan beasiswa full. Sedangkan beasiswa yang lain justru banyak yang pakai persenan. Misalnya dari total biaya Rp 800 juta, yang dibiayai adalah 20 persen atau Rp 160 juta.
Beliau meyarankan agar lebih semangat lagi dalam mencari beasiswa. Karena bisa jadi harus mendapatkan 2 atau 3 beasiswa sekaligus agar biaya kuliah 100% terpenuhi.
Di sisi lain, juga diperlukan dukungan yang penuh dari kampus kami, seperti dosen, pejabat di kampus, atau komponen lainnya. Misalnya untuk meyakinkan suatu organisasi (yang tugasnya tidak terkhusus untuk memberi beasiswa, hanya sekedar bantuan atau CSR(Tanggung Jawab Sosial Perusahaan) agar mau memberikan bantuan dana agar kami dapat melanjutkan S-2.
Diharapkan, tokoh sekelas Rektor, Dekan, atau KaProdi mau nimbrung ke perusahaan-perusahaan untuk hal ini.
Beliau juga menyarankan agar Rektor, Dekan, atau KaProdi juga lebih dilibatkan lagi ke dalam Program Pre-Master. Bisa sebagai pengajar atau sedikit meracik kurikulum. Sehingga dapat mengetahui detail dari kemajuan dan perkembangan mahasiswa nya. Atau sepalingtidaknya, rasa atau perasaan dibutuhkan dan dilibatkan itu terkadang dapat membuat seseorang menjadi senang dan mau mendukung dengan lebih banyak, lebih besar, dan lebih sering-sering lagi.
Akhir kata, ada hal yang menyeramkan yang dosen dari Belanda sampaikan. Yaitu, jika dari kami ber-6 tidak ada 3 orang yang melanjut ke UvA, maka program kerjasama yaitu Pre-Master ini akan BERHENTI. Terlebih lagi, TIDAK ADA ekstensi masa berlaku LoA. Beliau merasa bahwa pemegang jabatan masih kurang turun tangan dan menunjukkan kepedulian dengan program ini. Jika perhatian dari para pemegang jabatan juga dirasa tetap kurang dan tidak ditunjukkan adanya kepedulian yang meningkat, maka jelas sajalah program ini DIHENTIKAN.
Beliau menyatakan ada kampus lain yang sudah jelas-jelas 'merendahkan hati' mereka, menerima dan menanggapi dengan antusias, dan tentu saja memberikan uang yang lebih banyak. Kampus tersebut bisa dibilang lebih tidak segan-segan mengeluarkan uangnya dalam jumlah lebih banyak, lebih besar, dan lebih sering-sering. Jadi bukan dosen dari Belanda yang 'berkorban', tetapi justru dosen dari Belanda yang akan membawa uang lebih ke negaranya. Tentu saja, mereka sudah punya rencana yang matang, jelas, dan terperinci. Sehingga, jiwa meneliti dan jiwa mengajar dari dosen Belanda pun meningkat.
Nah kalau para pemegan jabatan saja tidak menunjukkan kepedulian, siapa yang tak lemas? pasti semangatnya justru jatuh, benar kah? Yang ada justru untuk MENGAKHIRI program ini.
Demikian dulu Part-2 kali ini. Semoga kami, ""Yang Sisa 6 Orang"" dapat melanjutkan S-2 ke UvA di tahun 2019. Amiinnn..
INGIN KU S-2 KE BELANDA (PART-1)
Jadi, aku ingin S-2 ke Belanda, tapi belum jadi-jadi.
Aku telah mendapatkan LoA (Letter of Acceptance, Surat Penerimaan)di Universiteit van Amsterdam.
Belum jadi ke sana dikarenakan perguruan tinggi tempat ku telah mendapatkan LoA (Letter of Acceptance, Surat Penerimaan) tidak masuk di daftar LPDP non-afirmasi. Padahal aku sudah sangat berharap dengan beasiswa LPDP. Aku merasa hal kampret terjadi padaku.
Nah, mungkin kalian bingung, daftar apa sih yang diomongin nih orang? Nah jadi begini, tidak semua perguruan tinggi di dunia ini masuk ke daftar kampus yang akan dibiayai oleh LPDP. Entah apa dasar dari satu kampus dipilih dan satu kampus lain tidak dipilih, yah aku tidak tahu. Kalau anda tahu, boleh kasih tahu bulat.
Terus, apa tuh non-afirmasi? Ku coba jelaskan apa itu afirmasi dulu. Kalau dilihat di websitenya LPDP, afirmasi itu contohnya untuk:
Aku telah mendapatkan LoA (Letter of Acceptance, Surat Penerimaan)di Universiteit van Amsterdam.
Belum jadi ke sana dikarenakan perguruan tinggi tempat ku telah mendapatkan LoA (Letter of Acceptance, Surat Penerimaan) tidak masuk di daftar LPDP non-afirmasi. Padahal aku sudah sangat berharap dengan beasiswa LPDP. Aku merasa hal kampret terjadi padaku.
Nah, mungkin kalian bingung, daftar apa sih yang diomongin nih orang? Nah jadi begini, tidak semua perguruan tinggi di dunia ini masuk ke daftar kampus yang akan dibiayai oleh LPDP. Entah apa dasar dari satu kampus dipilih dan satu kampus lain tidak dipilih, yah aku tidak tahu. Kalau anda tahu, boleh kasih tahu bulat.
Terus, apa tuh non-afirmasi? Ku coba jelaskan apa itu afirmasi dulu. Kalau dilihat di websitenya LPDP, afirmasi itu contohnya untuk:
- individu yang berasal dari daerah tertinggal;
- individu yang berasal dari alumni penerima beasiswa Bidikmisi;
- individu yang berprestasi dari keluarga miskin/prasejahtera;
- individu yang berprestasi dalam bidang olahraga, seni/budaya, dan keagamaan tingkat nasional dan internasional;
- individu penyandang disabilitas;
- individu yang berprestasi dalam Olimpiade Sains tingkat Nasional atau Internasional;
- individu yang berprofesi sebagai PNS, TNI, atau POLRI;
- individu yang merupakan lulusan pondok pesantren
Satupun dari contoh itu, tidak ada yang cocok dengan ku. Ku agak kecewa, seharusnya aku ikut lomba lari dan lari sekencang mungkin sehingga aku masuk ke kategori nomor 4. Atau mungkin ikut Indonesian Idol.
Nah, kini aku telah mendapatkan pekerjaan di suatu instansi pemerintah. Ada dosen ku yang bilang kalau aku bisa masuk ke kategori nomor 7. Tapi status ku adalah honorer, bukan PNS.
By the way on the way busway, kampus ku berada di daerah rural, pedalaman, perkampungan. Namun hal ini bukan berarti aku bisa masuk ke kategori nomor 1. Nah ternyata, kabupaten dan kecamatan tempat rumah tinggal ku, tempat lahir ku, dan lokasi kampus ku, tidak termasuk ke dalam kategori 'Daerah Tertinggal'. Agan boleh googling tentang daftar 'Daerah Tertinggal'. Gak asal-asalan loh menyatakan bahwa suatu daerah itu tertinggal.
Sekian dulu, lanjut ke Part-2
Wednesday, November 21, 2018
AKU PERGI KARENA KAMU TIDAK MEMINTA AKU UNTUK TINGGAL DAN BERTAHAN ? ? ?
'Aku pergi karena kamu tidak meminta aku untuk tinggal dan bertahan' atau mungkin lebih sering kita dengar 'I left because you don't asked me to stay' adalah perkataan yang cukup menusuk diberikan kepada orang yang tidak menghargai usaha kita. Hmm.. tapi apakah benar seperti itu?
Menurut saya, bukan pernyataan disuruh tetap tinggal atau permintaan disuruh bertahan yang jadi masalah. Melainkan ego dan rasa nyaman.
Jika kita ingin seseorang untuk tetap tinggal, bukan hanya dengan kata-kata permohonan, kita juga akan membuat dia merasa nyaman dan aman ada di dekat kita. Kita akan memberikan ini dan itu kepadanya.
Kebalikannya, jika kita tidak butuh dia danmerasa bahwa masih banyak orang yang dapat menggantikannya, maka kita akan bersikap ala sekedar saja, B aja, mainstream. Nah, di sini, bila dia merasa sudah berusaha sekuat tenaga, namun ditanggapi biasa saja atau justru tidak dihargai, maka timbullah 'I left because you don't asked me to stay'. Dia merasa sia-sia sudah usahanya.
Padahal merasa dihargai atau tidak itu adalah masalah ekspektasi, harapan, asumsi, persepsi, dan sudut pandang. Seseorang dapat memandang dan menganggap dirinya sebagai seorang yang telah berjasa. Entah memang benar berjasa atau tidak, haynya dia yang tahu. Seseorang dapat merasa dirinya telah berkorban. Benar berkorban atau tidaknya hanya dia yang tahu. Dia bisa saja mengeluarkan sedikit uang namun seudah merasa berkorban banyak. Namun dia juga mengeluarkan uang banyak dan menyisakan sedikit untuk dirinya sendiri namun tetap merasa pengorbanaannya hampir tidak ada. Inilah yang dinamakan persepsi, anggapan, yang berbeda tergantung bagaimana kita memandang dan menyikapai suatu hal.
Tentang ekspektasi yah lain cerita lagi. Ketika dia sudah merasa berjasa, maka ia akan mengharapkan dan menghaylkan bahwa orang-orang akan menyanjungnya, memujinya, dan berterimakasih padanya. Namun jika kenyataannya orang-orang tidak adaberterimakasih padanya, tidak ada perlakuan spesial, maka timbullah rasa benci dan rasa tidak dihargai.
Hal ini dapat terjadi pada siapapun. Setiap orang memiliki ego yang berbeda-beda. Situasi dan kondisi tertentu yang berbeda juga dapat mempengaruhi ego seseorang. Oleh karena itu, diperlukan empati, yaitu mau mencoba peduli dan membayangkan menempatkan diri kita di posisi seseorang.
Terakhir, yang mau disampaikan adalah penting untuk 'feed someone's ego' atau memberi makan ego seseorang. Contohnya bisasaja dengan pujian sederhana. Hal-hal seperti ini dapat menghindarkan konflik pada pertemanan atau lingkungan.
Demikian.. Mauliate..
Menurut saya, bukan pernyataan disuruh tetap tinggal atau permintaan disuruh bertahan yang jadi masalah. Melainkan ego dan rasa nyaman.
Jika kita ingin seseorang untuk tetap tinggal, bukan hanya dengan kata-kata permohonan, kita juga akan membuat dia merasa nyaman dan aman ada di dekat kita. Kita akan memberikan ini dan itu kepadanya.
Kebalikannya, jika kita tidak butuh dia danmerasa bahwa masih banyak orang yang dapat menggantikannya, maka kita akan bersikap ala sekedar saja, B aja, mainstream. Nah, di sini, bila dia merasa sudah berusaha sekuat tenaga, namun ditanggapi biasa saja atau justru tidak dihargai, maka timbullah 'I left because you don't asked me to stay'. Dia merasa sia-sia sudah usahanya.
Padahal merasa dihargai atau tidak itu adalah masalah ekspektasi, harapan, asumsi, persepsi, dan sudut pandang. Seseorang dapat memandang dan menganggap dirinya sebagai seorang yang telah berjasa. Entah memang benar berjasa atau tidak, haynya dia yang tahu. Seseorang dapat merasa dirinya telah berkorban. Benar berkorban atau tidaknya hanya dia yang tahu. Dia bisa saja mengeluarkan sedikit uang namun seudah merasa berkorban banyak. Namun dia juga mengeluarkan uang banyak dan menyisakan sedikit untuk dirinya sendiri namun tetap merasa pengorbanaannya hampir tidak ada. Inilah yang dinamakan persepsi, anggapan, yang berbeda tergantung bagaimana kita memandang dan menyikapai suatu hal.
Tentang ekspektasi yah lain cerita lagi. Ketika dia sudah merasa berjasa, maka ia akan mengharapkan dan menghaylkan bahwa orang-orang akan menyanjungnya, memujinya, dan berterimakasih padanya. Namun jika kenyataannya orang-orang tidak adaberterimakasih padanya, tidak ada perlakuan spesial, maka timbullah rasa benci dan rasa tidak dihargai.
Hal ini dapat terjadi pada siapapun. Setiap orang memiliki ego yang berbeda-beda. Situasi dan kondisi tertentu yang berbeda juga dapat mempengaruhi ego seseorang. Oleh karena itu, diperlukan empati, yaitu mau mencoba peduli dan membayangkan menempatkan diri kita di posisi seseorang.
Terakhir, yang mau disampaikan adalah penting untuk 'feed someone's ego' atau memberi makan ego seseorang. Contohnya bisasaja dengan pujian sederhana. Hal-hal seperti ini dapat menghindarkan konflik pada pertemanan atau lingkungan.
Demikian.. Mauliate..
Anak Muda Suka Bisnis Calon Entrepreneur di TOBA ENTREPRENEURSHIP FESTIVAL (TEF) 2018 (brought to you by: Institut Teknologi Del , Badan Pelaksana Otorita Danau Toba (BPODT) , etc. )
TOBA ENTREPRENEURSHIP FESTIVAL (TEF) 2018
THE BIGGEST ENTREPRENEURSHIP WEEKEND
IN
LAKE TOBA AREA
Ini nih yang ditungg-tunggu di TEF 2018. Business pitching dari para finalis! Let's check it out! mereka ngomongin apa sih?
1.
Tim
Slation
Aplikasi Penyelia Pemandu Wisata Ketoba
Universitas Sumatera Utara, Medan
Aplikasi Penyelia Pemandu Wisata Ketoba
Universitas Sumatera Utara, Medan
Prototype dari Aplikasi Penyelia Pemandu Wisata Ketoba dari Slation dapat diakses http://bit.ly/KeTobaUSU . Aplikasi Ketoba diharapkan
mampu memudahkan Planning Trip dan Nooking Hotel Online. Tim ini terdiri dari Sarah
Charisa Y P, Hanna Rabitha Hasni, dan Ilham Syahputra.
2.
Tim
YU SEE
CY CRASH Pelet Tinggi Nutrisi
Insitut Pertanian Bogor, Bogor
Kalimat “Sampah tak selamanya tak bernilai, melainkan
sampah adalah bisnis yang menjanjikan”, yang tertera pada slide, cukup mencuri perhatian penonton dan
juri. Tim ini mencoba melakukan inovasi dengan Bio-Teknologi terhadap sampah
organik, dan menjadikannya bisnis. Misalnya dengan magot kering, pellet kering,
tepung maggot, POC dan POP. Tim ini terdiri dari Muhamad Yusuf dan Siti H. S.
3.
Tim Ketan
Bantu Tani
Institut Teknologi Del, Laguboti, Toba Samosir
Tim ini terdiri dari Chrisdio, Lestari Simangunsong,
dan Rudi. Tim ini berusaha membantu petani lewat crowdfunding. Tim ini juga
terinspirasi dari Tani Hub dan Tani Fund.
4.
Tim Koedetta
Toko Bergerak Olahan Nenas
Institut Teknologi Del, Laguboti, Toba Samosir
Tim ini terdiri dari Anju M. Silitonga, dan
Devid Manurung. Fokus dari tim ini adalah mencari, membuat dan menjual berbagai
produk olahan nenas dari Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Toba Samosir.
5.
Tim Eleizer
SMAGRO
Institut Teknologi Del, Laguboti, Toba Samosir
Tim ini terdiri dari Sulastri Hutajulu, Fredy Mordechai Marpaung, dan Sarah Panjaitan. Dari namanya, sudah
dapat ditebak bahwa tim ini membawa tema dan permasalahan dari bidang agro.
6.
Tim Yafiza Team
KAKOTA Kampung Kopi Tradisional Dampit Solusi
Cerdas Atasi Desa Tertinggal Sebagai Desa Pariwisata dengan Media
Universitas Brawijaya, Malang
7.
Tim Wanita Tangguh
On Care: Informasi Layanan Kesehatan dengan
Bantuan GPS Near Me
Institut Teknologi Del, Laguboti, Toba Samosir
Tim ini terdiri dari Erika Pardede, Masta Siahaan, dan Grace Panjaitan. Tim ini
mengangkat masalah kesenjangan jumlah tenaga medis antara kota dan desa
pedalaman. Pengembangan di sektor pariwisata Danau Toba, juga terlihat menuntut
adanya pertambahan jumlah tenaga medis, untuk menangani wisatawan dan tenaga
kerja yang ada di Kawasan Danau Toba. Selain sebagai aplikasi panggilan
darurat, On Care juga terinspirasi dari ALODOKTER, Doctor Assist, dan Halodoc.
8.
Tim Mothers Pray
My Toba Assistant: Apps assistant perjalanan
wisata Danau Toba
Universitas Sumatera Utara, Medan
Bagi tim ini, beberapa
peluang yang ada di pariwisata Danau Toba antara lain membangun rasa nyaman dan
percaya, penyediaan informasi seputar Kawasan Danau Toba, biaya penginapan, dan
fasilitas transportasi. Sehingga aplikasi My Toba Assistant dapat membantu
untuk memberikan layanan transportasi, menjual produk UMKM Danau Toba, mengatur
rencana liburan, memberikan layanan kuliner, dll. Untuk itu, terdapat fitur
penyedia paket wisata, chat assistant, dll. Tim ini terdiri dari Ilham Kurnia Wahyudi, Febria Sahrina, dan Baju Aji Nurmansah.
9.
Tim Nauli
Toba Plan (Aplikasi Perencana Wisata dan Event
Danau Toba)
Institut Teknologi Del, Laguboti, Toba Samosir
Tim ini terdiri dari lserida Quinta Nababan,
Gratia Suryani Sitorus, dan Tasya Lonika Aritonang. Tim Nauli membawakan
aplikasi Toba Plan, yaitu aplikasi Event Organizer untuk Toba yang menyediakan
Pesta Ulang Tahun, Pernikahan Tujuan, Candle
Light Dinner, dan Perjalanan yang dikombinasikan dengan budaya
tradisional dari Toba. Sejauh
ini, Tim Nauli menyatakan sedang mengupayakan kerjasama dengan berbagai kafe
dan restoran yang ada di Kawasan Danau Toba. Sebanyak 9 kafe dan restoran telah
setuju untuk kerjasama lebih lanjut terkait aplikasi Toba Plan.
10.
Tim Stockasstic
Aplikasi Personalised Assistant bagi Investor
Saham Pemula
Institut Teknologi Bandung, Bandung
Tim ini terdiri dari Albert Setiawan, Bryan Aptana Widjaja, dan Feby Eliana Tengry.
Tim ini ingin memanfaatkan pasar
modal Indonesia yang potensial dan berkembang dengan pesat. Pasar modal dapat mempercepat
pertumbuhan ekonomi Indonesia. Terlebih lagi, pasar modal JSE IDX telah
berkembang 194% dari tahun 2006 hingga 2016. Stockasstic
adalah aplikasi untuk mempermudah analisis pasar saham, belajar tentang
analisis teknis, dan melakukan perdagangan saham lebih efisien. Terdapat mode dasar bagi pendatang
baru yang memberikan informasi secara sederhana namun tidak kehilangan
informasi asli dari pasar modal.
Udah pada tau kan apa aja yang diomongin sama para finalis TEF! Ciihhuuyy..
[PART-03] Mendapat ilmu di TOBA ENTREPRENEURSHIP FESTIVAL (TEF) 2018 (brought to you by: Institut Teknologi Del , Badan Pelaksana Otorita Danau Toba (BPODT) , etc. )
TOBA ENTREPRENEURSHIP FESTIVAL (TEF) 2018
THE BIGGEST ENTREPRENEURSHIP WEEKEND
IN
LAKE TOBA AREA
Pada kesempatan kali ini, blog ini akan berbagi ilmu yang diidapat dari TEF 2018.
Let's check it out!
10. How Millenials should prepared for
Industry 4.0 (David Hutagalung, Country Director GE Electric)
Sepak terjang
General Electric (GE) di Indonesia sudah dimulai sejak 75 tahu yang lalu.
Perusahaan ini sendiri telah berdiri di Amerika Serikat sejak 126 tahun yang
lalu, oleh Thomas Alva Edison. Sebagai salah satu direktur GE di Indonesia,
David Hutagalung menyatakan GE bergerak di bidang energi, tenaga listrik, dan
transportasi, serta menjadi penyedia berbagai peralatan medis yang dipakai di
Indonesia. Selain menyuplai mesin di kereta api dan mesin di pembangkit
listrik, GE juga banyak menyuplai MRI, CR-Scan, USG, dan Mammography di berbagai
rumah sakit Indonesia.
Bapak David Hutagalung merupakan salah satu keynote speaker TEF 2018
yang juga memberikan ilmunya dan motivasinya kepada para audience yang
hadir pada saat acara TEF. Dia mengungkapkan bahwa GE Indonesia dapat
membentuk pengolahan pemasaran energi dari dan di Indonesia
David Hutagalung merupakan Direktur Penjualan Regional, ASEAN GE Transportation & President Director PT GE Operations Indonesia.
Sebelum bergabung dengan PT.GE, David pernah menjadi Presiden Indonesian Student Association (Permias), Washington D.C., periode 1999-2000. Ia juga sempat berkarier di US-ASEAN Business Council sebagai resource centre bagi investor AS mengenai ekonomi maupun politik.
David memulai karirnya dengan GE pada tahun 2007 sebagai Direktur Pengembangan Pasar untuk GE Indonesia.
Setelah itu, David memegang posisi Direktur Kebijakan dan Hubungan Pemerintah GE untuk ASEAN, di mana ia memimpin dan mengelola hubungan energi pemerintah di seluruh Asia Tenggara untuk GE Energy Services.
Menurut David, Indonesia memiliki potensi pasar yang sangat besar untuk hampir semua unit bisnis .
David Hutagalung merupakan Direktur Penjualan Regional, ASEAN GE Transportation & President Director PT GE Operations Indonesia.
Sebelum bergabung dengan PT.GE, David pernah menjadi Presiden Indonesian Student Association (Permias), Washington D.C., periode 1999-2000. Ia juga sempat berkarier di US-ASEAN Business Council sebagai resource centre bagi investor AS mengenai ekonomi maupun politik.
David memulai karirnya dengan GE pada tahun 2007 sebagai Direktur Pengembangan Pasar untuk GE Indonesia.
Setelah itu, David memegang posisi Direktur Kebijakan dan Hubungan Pemerintah GE untuk ASEAN, di mana ia memimpin dan mengelola hubungan energi pemerintah di seluruh Asia Tenggara untuk GE Energy Services.
Menurut David, Indonesia memiliki potensi pasar yang sangat besar untuk hampir semua unit bisnis .
11. Entrepreneurs Panel (Local
entrepreneurs questions and answer)
Pada diskusi
panel ini, peserta dan panelis melakukan tanya jawab. Dipandu oleh Ricardo
Situmeang, Eric Wijaya dari mapaya.id dan Trisnayanti Pardede dari Batikta
menjawab pertanyaan-pertanyaan dari mahasiswa seperti sedang ngobrol.
Panel diskusi bersama Malaya dan Batita yang menawarkan produk mereka
kepada para konsumen dan audience yang hadir di Toba Entrepreneurship
Festival 2018.
12. Mentorship Session from Gerakan 1000
Startup (Revolutionizing Service Sector: Experience from GO LIFE) (Dayu Dara
Permata Vice President of Gojek Indonesia)
Dayu
menyatakan bahwa Go-Jek meskipun sudah dianggap Super App (aplikasi yang
memiliki sangat banyak fitur dalam 1 platform, all in one), namun tetap menjaga
budaya startup dan rasa ingin belajar. Aplikasi Go-Jek menghubungkan 90 juta
pemakainya dengan jutaan penyedia jasa. Dayu menyarankan agar para milenial
calon entrepreneur di Kawasan Danau Toba berfokus pada pemecahan masalah, bukan
kepada menciptakan atau mempertahankan alat-alat atau tools-nya, karena
platform atau teknologi yang dipakai bisa saja berubah, namun tujuannya tetap
sama. Dayu juga menyatakan bahwa adalah wajar bila suatu aplikasi memiliki
keterbatasan, karena hal ini memungkinkan fokus pada hal-hal yang belum pernah
diberikan oleh perusahaan-perusahaan sebellumnya. Slah satu contoh yang diambil
adalah AirBnB, sebuah perusahaan yang mempermudah turis untuk menginap di
rumah-rumah warga yang memiliki kamar kosong. AirBnB tidak membangun hotel atau
memiliki rumah, AirBnB hanya hanya terbatas pada memberikan pilihan-pilihan
yang bisa diakses.
13. Right Costumer, Right Offer, Right
Channel and Right Time (DR Frederick Situmeang)
Bagi
mahasiswa IT Del, Frederick Situmeang dikenal sebagai pengajar di dalam Program
Pre-Master, sebuah kerjasama antara Insitut Teknologi Del dan Universiteit van
Amsterdam. Pada TEF 2018, beliau berbicara tentang Marketing Management
(Pengeloloaan Pemasaran). Frederick menyatakan produk dan pelayanan harus
memperhatikan dan mementingkan Customer Experience (pengalaman pelanggan).
Artinya, bukan hanya produk dan pelayanan dengan berbagai fitur yang hebat,
membantu pemecahan masalah, tapi juga memberikan pengalaman yang baik bagi
pelanggan. Oleh karena itu, perusahaan harus membuat pelanggan betah dalam
memakai produknya berlama-lama atau menggunakan jasa perusahaan tersebut
berkali-kali. Sebagai contoh, Frederick mengangkat produk Apple tahun 1980-an
yang hampir mirip dengan iPhone atau iPad masa kini. Produk tersebut
revolusioner karena memperbolehkan pemakai mengirim email lewat genggaman.
Namun produk tersebut tidak terlalu berhasil karena konsumen pada saat itu pemakaian
email belum terlalu luas. Sehingga, tidak ada pengalaman mengirim email yang
dapat dibangun. Sehingga, pada saat itu, tidak banyak yang sadar dan merasa
bahwa alat ini sebenarnya sangat membantu. Oleh karena itu, pengembangan di
Kawasan Danau Toba harus memperhatikan interaksi, perasaan, dan emosi apa yang
ada dari pengalaman dan perjalanan yang dilakukan oleh turis-turis yang
memiliki berbagai latar belakang saat mereka berada di Kawasan Danau Toba. Frederick
berulang kali menyatakan pentingnya analisa data, sehingga pengembangan tidak
menggunakan asumsi yang tidak jelas asal dan dasarnya. Sehingga ‘Pelanggan
Tepat, Penawaran Tepat, Saluran Tepat, dan
Waktu yang Tepat’ dapat
tercapai.
Gimana nih, udah pada nambah belum ilmunya? Ajibb..
[PART-02] Mendapat ilmu di TOBA ENTREPRENEURSHIP FESTIVAL (TEF) 2018 (brought to you by: Institut Teknologi Del , Badan Pelaksana Otorita Danau Toba (BPODT) , etc. )
TOBA ENTREPRENEURSHIP FESTIVAL (TEF) 2018
THE BIGGEST ENTREPRENEURSHIP WEEKEND
IN
LAKE TOBA AREA
Pada kesempatan kali ini, blog ini akan berbagi ilmu yang diidapat dari TEF 2018.
Let's check it out!
5.
What
founders mostly failures and success during building startups (Christoper
Angkasa from Clapham Collective Medan)
Akrab
dipanggil Chris, Founder dari Clapham ini menyatakan bahwa SDM lokal seharusnya
adalah yang paling mengerti masalah di daerahnya dan yang jika memiliki niat
memecahkan masalah, berkeinginan untuk berkolaborasi, dan mau belajar
teknologi, akan dapat memecahkan masalah yang ada tersebut. Chris mengapresiasi
usaha dan kepedulian dari BPODT terhadap pengembangan pendidikan dan penggunaan
pemanfaatan teknologi di Kawasan Danau Toba. Masalah di ekosistem wirausaha di
Kawasan Danau Toba, adalah seperti pertayaan telur dan ayam. Antara apakah
ekosistem harus bagus dulu baru SDM mau berbisnis dan memecahkan masalah di
Kawasan Danau Toba, atau SDM lokal mau berkembang bersama-sama dalam memperbaiki
dan membangun ekosistem yang ada? Chris menyatakan mulai dari startup
digitalisasi logistik/rantai pasok terhadap petani hingga startup unicorn
Indonesia, sebenarnya mereka adalah sekumpulan orang yang mencoba menyelesaikan
masalah yang berakar dari daerah tempat tinggalnya. Mereka dulunya menjalankan
bisnis tradisional yang sekarang dikelola secara digital karena skala yang
sudah terlalu luas. Sebagai contoh, Chris mengangkat kisah Go-Jek yang dulunya
memakai platform telepon, dan baru memakai platform internet lewat mobile apps
setelah skala trafik pasokan jumlah ojek dan permintaan pelanggan sudah terlalu
berat dan besar untuk ditanggapi via telepon.
6.
How
to Build Entrepreneurship Mindset in Rural Area (Hendra Tjanaka, PT MAPAN)
MAPAN
merupakan sekumpulan orang-orang yang ingin memberikan dampak kepada masyarakat
di pedesaan yang kekurangan akses ke barang-barang berkualitas dan kekurangan
opsi pembiayaan/pembayaran. Salah satunya adalah kerjasama dengan
komunitas-komunitas yang ada di pedesaaan lewat arisan. Arisan adalah suatu hal
tradisional yang dengan MAPAN, diberikan sedikit sentuhan teknologi sehingga
mampu memberikan dampak yang lebih luas kepada peningkatan kualitas hidup
masyakarat di pedesaan.
Christoper Angkasa adalah seorang investor profesional. Dia telah
berinvestasi sejak 2007. Dia aktif berinvestasi di pasar AS, Singapura,
dan Indonesia. Selain berinvestasi, Christoper juga menulis tentang
pasar Indonesia di flog.co.id, situs web yang ia dirikan untuk
menyalurkan pemikirannya. Dia saat ini aktif berinvestasi melalui Little
Lights Capital, dan Denali Mitra. Chris juga mendirikan Clapham
Collective, sebuah ruang inkubator di Medan.
7.
How
Technology Changing The Face of Indonesian Agriculture (Josephine Sembiring
from Pak Tani Digital)
Josephnie
Sembiring dan Mahendra Sitepu (sebagai Founder) memiliki ide dan tujuan yang
sama, yaitu adanya marketplace onlinedigital bagi produk yang langsung dari
petani ke konsumen. Ternyata salah satu masalah utama adalah harga yang tidak
transparan. Hal inilah yang dicoba untuk dipecahkan oleh Pak Tani Digital
(PTD). Tidak dipungkiri, Founder dan Co-Founder dari PTD memiliki akar yang
dekat dengan permasalahan pertanian di Sumatera Utara. Namun, dunia
digital-online tidak menutup pintu agar aplikasi mereka juga sudah terkenal dan
digunakan oleh petani di berbagai tempat di Indonesia. Untuk memenuhi kebutuhan
operasional, PTD masih mengharapkan uang hadiah dari berbagai kompetisi yang
diikutinya. Selain itu, lewat PT. Hagatekno
Mediata Indonesia, berkerjasama dengan BPODT dan Bank Indonesia, sedang
mengembangkan aplikasi Toba Smile. https://www.instagram.com/tobasmilecom
Buka https://play.google.com/store/apps/details?id=com.hagatekno.tobasmile , download, dan instal https://play.google.com/store/apps/details?id=com.hagatekno.tobasmile .
8.
Social
Innovation for Smart Region (Experience from Silicon Vilstal Germany) (Helmut
Ramseur)
Silicon
Vistal dirancang, salah satunya, untuk menemukan kebutuhan keinginan, dan
masalah-masalah yang bahkan tersembunyi yang bahkan masyarakat atau konsumen
sendiri tidak mengetahuinya, kuhususnya di daerah pedesaan. Sehingga solusi
yang dihasilkan sebisa mungkin tidak meimbulkan masalah lain secara menyeluruh.
Terlebih lagi, permasalhan di desa sering kali berbeda dengan masalah di kota. Seorang
pendiri dari Silicon
Vilstal adalah Helmut
Ramseur. Silicon Vilstal adalah inisiatif regional pribadi yang berkisar pada
inovasi, kewirausahaan, dan kreativitas. Wilayah timur laut dari Kota Munich, oleh
Vilsbiburg dan Geisenhausen, telah
terhubung dengan proyek-proyek regional lainnya sebagai bagian dari
inisiatif nasional yang disebut "Wilayah Digital", yang memungkinkan ide-ide inovatif untuk
terungkap dari daerah
desa. Helmut Ramseur menyatakan bahwa inovasi sosial dengan bantuan teknologi
digital-online adalah kunci bagi ekosistem kewirausahaan di pedesaan. Silicon
Vistal, telah mengadakan kerjasama di Kawasan Danau Toba dalam hal Agro-Wisata,
sebuah proyek yang baru dimulai di tahap diskusi dan seminar.
9.
Transition
from Conventional Agriculture into Digital World (Pamitra Wineka, Co-Founder of Tani Hub)
Pamitra Wineka
percaya bahwa Fintech (teknologi keuangan) dapat menjadi game changer yang membawa perubahan di sekotr agrikultur.
Agrikultur menjadi sasaran Fintech karena pada tahun 2016 menurut BPS,
Kementrian Pertanian, dan Kementrian Kelautan dan Perikanan, 13,45% dari Produk Domestik Bruto (PDB)
Indonesia berasal dari agrikultur dan perikanan. Porsi kedua terbesar setelah
20,51% dari manufaktur. Namun kondisi petani di Indonesia masih butuh banyak
dukungan. Tani Hub hadir untuk membantu petani, nelayan, dan peternak, agar
hasil panennya lebih mudah dibeli oleh retail, industry, hotel, restoran,
catering, dan ekportir. Sehingga, dengan teknologi digital-online ini, tidak
ada lagi perantara atau tengkulak. Selain itu juga ada Tani Fund yang dapat
membantu kampanye crowdfunding dan KUR.
Dengan begitu, Tani Hub dan Tani Fund memperkuat ekosistem bersama-sama dengan
pihak bank yang biasanya memberikan pinjaman dana dan asuransi.
[PART-01] Mendapat ilmu di TOBA ENTREPRENEURSHIP FESTIVAL (TEF) 2018 (brought to you by: Institut Teknologi Del , Badan Pelaksana Otorita Danau Toba (BPODT) , etc. )
TOBA ENTREPRENEURSHIP FESTIVAL (TEF) 2018
THE BIGGEST ENTREPRENEURSHIP WEEKEND
IN
LAKE TOBA AREA
Pada kesempatan kali ini, blog ini akan berbagi ilmu yang diidapat dari TEF 2018.
Let's check it out!
1.
Welcome
and Intro: Ricardo Situmeang
Ricardo
Situmeang adalah seorang dosen dari Institut Teknologi Del. Beliau juga
terlibat dalam penyelenggaraan TEF 2018. Beliau menyampaikan bahwa SDM di
Kawasan Danau Toba memiliki keuntungan dalam membangun startup di Kawasan Danau
Toba karena memiliki pengetahuan dan pengalaman yang seharusnya lebih luas dan mendalam
tentang kondisi pasar Kawasan Danau Toba. Beliau juga mengapresiasi usaha dan
kepedulian dari BPODT terhadap pengembangan pendidikan dan penggunaan
pemanfaatan teknologi di Kawasan Danau Toba. Beliau berharap agar upaya
pengembangan dan pengelolaan pendidikan di Kawasan Danau Toba dapat
meningkatkan SDM lokal dan meningkatkan ekosistem bisnis di Kawasan Danau Toba
dari. Event seperti TEF, dapat membuka wawasan mahasiswa dan meningkatkan ketertarikan
untuk merintis usaha bisnis yang memecahkan permasalahan di Kawasan Danau Toba.
2.
From Idea
to Execution (How to prepare future entrepreneurs) (GERAKAN 1000 STARTUP)
Miftachur
Robani atau akrab dipangil Ben, merupakan Chief Marketing Officer LindungiHutan
Facilitator Gerakan Nasional 1000 Startup Facilitator Gapura Digital by Google
Inisiator SMART UP Semarang Startup. Ben membuka dengan kalimat nyentrik:
“Pengusaha bisa lebih sukses tapi mertua lebih percaya PNS”. Namun, Ben justru
menyatkan bahwa kaum milenial terjun ke dunia startup, bukan karena perkara
mendapatkan uang banyak, namun justru untuk pemecahan masalah di daerah dan
masyarakat di sekitarnya. Ben menempuh pendidikan tingginya di Semarang, dan ia
sadar bahwa ia berakar di Semarang dan harus membantu menyelesaikan
masalah-masalah di sekitar Kota Semarang. Di sisi lain, Ben juga terlibat
dengan lindungihutan.com, karena ia sadar akan keinginan jiwanya untuk membantu
memfasilitasi hal-hal yang bermasalah tentang hutan dan pertanahan. Ben
mengungkapkan 4 dari 8 startup unicorn yang ada di Asia Tenggara berasal dari
Indonesia. Mereka adalah Gojek, Tokopedia, Traveloka, dan Bukalapak. Namun,
masih 3% dari penduduk Indonesia tergolong sebagai pengusaha, lebih rendah
dibandingkan 5 persen di Malaysia dan 7 persen di Singapura. Oleh karena itu,
Ben menyarankan agar pejabat pemerintah, entrepreneur yang sudah lama
berbisnis, dan akademisi agar sering-sering bersama-sama bertemu dengan kawula
muda, agar muncul lebih banyak anak muda yang mau memecahkan masalah yang ada
di tengah-tengah masyarakat.
3.
The
Future of Lake Toba Tourism (BOPDT)
Bapak Rommy
Fauzi menyampaikan bahwa di tingkat nasional dan di tingkat kementrian,
pengembangan dan pengelolaan pariwisata telah menjadi pusat perhatian dari
berbagai kementrian. Negara telah menyadari dampak positif yang luas dan
mendalam yang akan diakibatkan dari pengembangan dan pengelolaan pariwisata
yang berkelanjutan, sehingga, telah menaruh perhatian yang besar kepada hal-hal
yang menyangkut kepariwisataan. Oleh karena itu, seharusnya anak muda, melalui
teknologi, juga diikutkan dalam pemecahan masalah yang ada. Namun, perlu
diberikan pembukaan wawasan lewat pendidikan di daerah lokal sehingga lebih
banyak lagi anak-anak muda yang ada di Kawasan Danau Toba mau ikut membantu
dalam memecahkan masalah yang ada di Kawasan Danau Toba. Pemerintah telah
menginisiasi dan memfasilitasi berbagai hal seperti penerbangan Bandara
Silangit – Kuala Lumpur, kapal ferry KMP Ihan Batak, berbagai event musik,
kesenian, dan olahraga, pelatihan Bahasa Inggris di Sigapiton, dan peningkatan
di Bandara Sibisa serta pembuatan masterplan
di Sibisa. Terlebih lagi terdapat upaya untuk menjadikan Kawasan Danau
Toba sebgai ‘single destination, single
management’ atau Toba sebgai satu tempat tujuan wisata yang memiliki satu sistem
pengelolaan, yang pastinya dibantu dan diawasi oleh dukungan teknologi
informasi dan komunikasi. Tentunya, masih ada berbagai hal yang harus
dilengkapi dari hal-hal tersebut. Kekurangan tersebut ialah peluang yang dapat
dimanfaatkan oleh anak-anak muda yang ingin memecahkan permasalahan yang
berakar di Kawasan Danau Toba. Agar masyarakat lokal tidak hanya menjadi
penonton, perlu ditingkatkan pertemuan dan ajang networking antara anak muda
yang mengerti teknologi, dan pihak pemerintah. Sehingga pemerintah dapat
memfasilitasi kebutuhan yang muncul ataupun mempertemukan dengan pihak-pihak
yang tertarik dan dapat membantu pemecahan masalah tersebut. Bapak Rommy Fauzi selaku
Direktur Industri, Pariwisata
dan Kelembagaan Kepariwisataan (DIPKK) pada Badan Pelaksana Otorita
Danau Toba (BPODT), menyatakan dirinya siap untuk dijumpai
oleh akademisi ataupun anak muda yang ingin didukung dalam memecahkan masalah
yang berakar dari Kawasan Danau Toba. Keinginan dan inisiatif masyarakat lokal
untuk aktif dan dalam pemecahan masalah, harus didukung oleh pemerintah.
4.
Bank
Access for Area Head Bank Mandiri (Bapak Wahyu Binuko)
Bapak Wahyu Binuko, atau yang akrab
dipanggil Pak Wabin, menyampaikan paparan tentang ‘Bank Loan For Startup’ atau
pinjaman dari bank untuk perusahaan rintisan. Bank Mandiri sudah tidak asing
lagi dalam berkerjasama dengan pihak-pihak yang ada di Kawasan Danau Toba,
misalnya seperti Yayasan Del lewat Institut Teknologi Del. Artinya, bank adalah
salah satu pilihan yang tepat bagi perusahaan rintisan yang membutuhkan uang
sebagai modal mengembangkan bisnisnya. Misalnya, Wirausaha Muda Mandiri yang
sudah dikenal sangat sederhana dalam memenuhi kebutuhan perusahaan rintisan.
Mendapat ilmu di TOBA ENTREPRENEURSHIP FESTIVAL (TEF) 2018 (brought to you by: Institut Teknologi Del , Badan Pelaksana Otorita Danau Toba (BPODT) , etc. )
TOBA ENTREPRENEURSHIP FESTIVAL (TEF) 2018
THE BIGGEST ENTREPRENEURSHIP WEEKEND
IN
LAKE TOBA AREA
Pada kesempatan kali ini, blog ini akan berbagi ilmu yang diidapat dari TEF 2018.
Let's check it out!
1.
Welcome
and Intro: Ricardo Situmeang
Ricardo
Situmeang adalah seorang dosen dari Institut Teknologi Del. Beliau juga
terlibat dalam penyelenggaraan TEF 2018. Beliau menyampaikan bahwa SDM di
Kawasan Danau Toba memiliki keuntungan dalam membangun startup di Kawasan Danau
Toba karena memiliki pengetahuan dan pengalaman yang seharusnya lebih luas dan mendalam
tentang kondisi pasar Kawasan Danau Toba. Beliau juga mengapresiasi usaha dan
kepedulian dari BPODT terhadap pengembangan pendidikan dan penggunaan
pemanfaatan teknologi di Kawasan Danau Toba. Beliau berharap agar upaya
pengembangan dan pengelolaan pendidikan di Kawasan Danau Toba dapat
meningkatkan SDM lokal dan meningkatkan ekosistem bisnis di Kawasan Danau Toba
dari. Event seperti TEF, dapat membuka wawasan mahasiswa dan meningkatkan ketertarikan
untuk merintis usaha bisnis yang memecahkan permasalahan di Kawasan Danau Toba.
2.
From Idea
to Execution (How to prepare future entrepreneurs) (GERAKAN 1000 STARTUP)
Miftachur
Robani atau akrab dipangil Ben, merupakan Chief Marketing Officer LindungiHutan
Facilitator Gerakan Nasional 1000 Startup Facilitator Gapura Digital by Google
Inisiator SMART UP Semarang Startup. Ben membuka dengan kalimat nyentrik:
“Pengusaha bisa lebih sukses tapi mertua lebih percaya PNS”. Namun, Ben justru
menyatkan bahwa kaum milenial terjun ke dunia startup, bukan karena perkara
mendapatkan uang banyak, namun justru untuk pemecahan masalah di daerah dan
masyarakat di sekitarnya. Ben menempuh pendidikan tingginya di Semarang, dan ia
sadar bahwa ia berakar di Semarang dan harus membantu menyelesaikan
masalah-masalah di sekitar Kota Semarang. Di sisi lain, Ben juga terlibat
dengan lindungihutan.com, karena ia sadar akan keinginan jiwanya untuk membantu
memfasilitasi hal-hal yang bermasalah tentang hutan dan pertanahan. Ben
mengungkapkan 4 dari 8 startup unicorn yang ada di Asia Tenggara berasal dari
Indonesia. Mereka adalah Gojek, Tokopedia, Traveloka, dan Bukalapak. Namun,
masih 3% dari penduduk Indonesia tergolong sebagai pengusaha, lebih rendah
dibandingkan 5 persen di Malaysia dan 7 persen di Singapura. Oleh karena itu,
Ben menyarankan agar pejabat pemerintah, entrepreneur yang sudah lama
berbisnis, dan akademisi agar sering-sering bersama-sama bertemu dengan kawula
muda, agar muncul lebih banyak anak muda yang mau memecahkan masalah yang ada
di tengah-tengah masyarakat.
3.
The
Future of Lake Toba Tourism (BOPDT)
Bapak Rommy
Fauzi menyampaikan bahwa di tingkat nasional dan di tingkat kementrian,
pengembangan dan pengelolaan pariwisata telah menjadi pusat perhatian dari
berbagai kementrian. Negara telah menyadari dampak positif yang luas dan
mendalam yang akan diakibatkan dari pengembangan dan pengelolaan pariwisata
yang berkelanjutan, sehingga, telah menaruh perhatian yang besar kepada hal-hal
yang menyangkut kepariwisataan. Oleh karena itu, seharusnya anak muda, melalui
teknologi, juga diikutkan dalam pemecahan masalah yang ada. Namun, perlu
diberikan pembukaan wawasan lewat pendidikan di daerah lokal sehingga lebih
banyak lagi anak-anak muda yang ada di Kawasan Danau Toba mau ikut membantu
dalam memecahkan masalah yang ada di Kawasan Danau Toba. Pemerintah telah
menginisiasi dan memfasilitasi berbagai hal seperti penerbangan Bandara
Silangit – Kuala Lumpur, kapal ferry KMP Ihan Batak, berbagai event musik,
kesenian, dan olahraga, pelatihan Bahasa Inggris di Sigapiton, dan peningkatan
di Bandara Sibisa serta pembuatan masterplan
di Sibisa. Terlebih lagi terdapat upaya untuk menjadikan Kawasan Danau
Toba sebgai ‘single destination, single
management’ atau Toba sebgai satu tempat tujuan wisata yang memiliki satu sistem
pengelolaan, yang pastinya dibantu dan diawasi oleh dukungan teknologi
informasi dan komunikasi. Tentunya, masih ada berbagai hal yang harus
dilengkapi dari hal-hal tersebut. Kekurangan tersebut ialah peluang yang dapat
dimanfaatkan oleh anak-anak muda yang ingin memecahkan permasalahan yang
berakar di Kawasan Danau Toba. Agar masyarakat lokal tidak hanya menjadi
penonton, perlu ditingkatkan pertemuan dan ajang networking antara anak muda
yang mengerti teknologi, dan pihak pemerintah. Sehingga pemerintah dapat
memfasilitasi kebutuhan yang muncul ataupun mempertemukan dengan pihak-pihak
yang tertarik dan dapat membantu pemecahan masalah tersebut. Bapak Rommy Fauzi selaku
Direktur Industri, Pariwisata
dan Kelembagaan Kepariwisataan (DIPKK) pada Badan Pelaksana Otorita
Danau Toba (BPODT), menyatakan dirinya siap untuk dijumpai
oleh akademisi ataupun anak muda yang ingin didukung dalam memecahkan masalah
yang berakar dari Kawasan Danau Toba. Keinginan dan inisiatif masyarakat lokal
untuk aktif dan dalam pemecahan masalah, harus didukung oleh pemerintah.
4.
Bank
Access for Area Head Bank Mandiri (Bapak Wahyu Binuko)
Bapak Wahyu Binuko, atau yang akrab
dipanggil Pak Wabin, menyampaikan paparan tentang ‘Bank Loan For Startup’ atau
pinjaman dari bank untuk perusahaan rintisan. Bank Mandiri sudah tidak asing
lagi dalam berkerjasama dengan pihak-pihak yang ada di Kawasan Danau Toba,
misalnya seperti Yayasan Del lewat Institut Teknologi Del. Artinya, bank adalah
salah satu pilihan yang tepat bagi perusahaan rintisan yang membutuhkan uang
sebagai modal mengembangkan bisnisnya. Misalnya, Wirausaha Muda Mandiri yang
sudah dikenal sangat sederhana dalam memenuhi kebutuhan perusahaan rintisan.
5.
What
founders mostly failures and success during building startups (Christoper
Angkasa from Clapham Collective Medan)
Akrab
dipanggil Chris, Founder dari Clapham ini menyatakan bahwa SDM lokal seharusnya
adalah yang paling mengerti masalah di daerahnya dan yang jika memiliki niat
memecahkan masalah, berkeinginan untuk berkolaborasi, dan mau belajar
teknologi, akan dapat memecahkan masalah yang ada tersebut. Chris mengapresiasi
usaha dan kepedulian dari BPODT terhadap pengembangan pendidikan dan penggunaan
pemanfaatan teknologi di Kawasan Danau Toba. Masalah di ekosistem wirausaha di
Kawasan Danau Toba, adalah seperti pertayaan telur dan ayam. Antara apakah
ekosistem harus bagus dulu baru SDM mau berbisnis dan memecahkan masalah di
Kawasan Danau Toba, atau SDM lokal mau berkembang bersama-sama dalam memperbaiki
dan membangun ekosistem yang ada? Chris menyatakan mulai dari startup
digitalisasi logistik/rantai pasok terhadap petani hingga startup unicorn
Indonesia, sebenarnya mereka adalah sekumpulan orang yang mencoba menyelesaikan
masalah yang berakar dari daerah tempat tinggalnya. Mereka dulunya menjalankan
bisnis tradisional yang sekarang dikelola secara digital karena skala yang
sudah terlalu luas. Sebagai contoh, Chris mengangkat kisah Go-Jek yang dulunya
memakai platform telepon, dan baru memakai platform internet lewat mobile apps
setelah skala trafik pasokan jumlah ojek dan permintaan pelanggan sudah terlalu
berat dan besar untuk ditanggapi via telepon.
6.
How
to Build Entrepreneurship Mindset in Rural Area (Hendra Tjanaka, PT MAPAN)
MAPAN
merupakan sekumpulan orang-orang yang ingin memberikan dampak kepada masyarakat
di pedesaan yang kekurangan akses ke barang-barang berkualitas dan kekurangan
opsi pembiayaan/pembayaran. Salah satunya adalah kerjasama dengan
komunitas-komunitas yang ada di pedesaaan lewat arisan. Arisan adalah suatu hal
tradisional yang dengan MAPAN, diberikan sedikit sentuhan teknologi sehingga
mampu memberikan dampak yang lebih luas kepada peningkatan kualitas hidup
masyakarat di pedesaan.
Christoper Angkasa adalah seorang investor profesional. Dia telah
berinvestasi sejak 2007. Dia aktif berinvestasi di pasar AS, Singapura,
dan Indonesia. Selain berinvestasi, Christoper juga menulis tentang
pasar Indonesia di flog.co.id, situs web yang ia dirikan untuk
menyalurkan pemikirannya. Dia saat ini aktif berinvestasi melalui Little
Lights Capital, dan Denali Mitra. Chris juga mendirikan Clapham
Collective, sebuah ruang inkubator di Medan.
7.
How
Technology Changing The Face of Indonesian Agriculture (Josephine Sembiring
from Pak Tani Digital)
Josephnie
Sembiring dan Mahendra Sitepu (sebagai Founder) memiliki ide dan tujuan yang
sama, yaitu adanya marketplace onlinedigital bagi produk yang langsung dari
petani ke konsumen. Ternyata salah satu masalah utama adalah harga yang tidak
transparan. Hal inilah yang dicoba untuk dipecahkan oleh Pak Tani Digital
(PTD). Tidak dipungkiri, Founder dan Co-Founder dari PTD memiliki akar yang
dekat dengan permasalahan pertanian di Sumatera Utara. Namun, dunia
digital-online tidak menutup pintu agar aplikasi mereka juga sudah terkenal dan
digunakan oleh petani di berbagai tempat di Indonesia. Untuk memenuhi kebutuhan
operasional, PTD masih mengharapkan uang hadiah dari berbagai kompetisi yang
diikutinya. Selain itu, lewat PT. Hagatekno
Mediata Indonesia, berkerjasama dengan BPODT dan Bank Indonesia, sedang
mengembangkan aplikasi Toba Smile. https://www.instagram.com/tobasmilecom
Buka https://play.google.com/store/apps/details?id=com.hagatekno.tobasmile , download, dan instal https://play.google.com/store/apps/details?id=com.hagatekno.tobasmile .
8.
Social
Innovation for Smart Region (Experience from Silicon Vilstal Germany) (Helmut
Ramseur)
Silicon
Vistal dirancang, salah satunya, untuk menemukan kebutuhan keinginan, dan
masalah-masalah yang bahkan tersembunyi yang bahkan masyarakat atau konsumen
sendiri tidak mengetahuinya, kuhususnya di daerah pedesaan. Sehingga solusi
yang dihasilkan sebisa mungkin tidak meimbulkan masalah lain secara menyeluruh.
Terlebih lagi, permasalhan di desa sering kali berbeda dengan masalah di kota. Seorang
pendiri dari Silicon
Vilstal adalah Helmut
Ramseur. Silicon Vilstal adalah inisiatif regional pribadi yang berkisar pada
inovasi, kewirausahaan, dan kreativitas. Wilayah timur laut dari Kota Munich, oleh
Vilsbiburg dan Geisenhausen, telah
terhubung dengan proyek-proyek regional lainnya sebagai bagian dari
inisiatif nasional yang disebut "Wilayah Digital", yang memungkinkan ide-ide inovatif untuk
terungkap dari daerah
desa. Helmut Ramseur menyatakan bahwa inovasi sosial dengan bantuan teknologi
digital-online adalah kunci bagi ekosistem kewirausahaan di pedesaan. Silicon
Vistal, telah mengadakan kerjasama di Kawasan Danau Toba dalam hal Agro-Wisata,
sebuah proyek yang baru dimulai di tahap diskusi dan seminar.
9.
Transition
from Conventional Agriculture into Digital World (Pamitra Wineka, Co-Founder of Tani Hub)
Pamitra Wineka
percaya bahwa Fintech (teknologi keuangan) dapat menjadi game changer yang membawa perubahan di sekotr agrikultur.
Agrikultur menjadi sasaran Fintech karena pada tahun 2016 menurut BPS,
Kementrian Pertanian, dan Kementrian Kelautan dan Perikanan, 13,45% dari Produk Domestik Bruto (PDB)
Indonesia berasal dari agrikultur dan perikanan. Porsi kedua terbesar setelah
20,51% dari manufaktur. Namun kondisi petani di Indonesia masih butuh banyak
dukungan. Tani Hub hadir untuk membantu petani, nelayan, dan peternak, agar
hasil panennya lebih mudah dibeli oleh retail, industry, hotel, restoran,
catering, dan ekportir. Sehingga, dengan teknologi digital-online ini, tidak
ada lagi perantara atau tengkulak. Selain itu juga ada Tani Fund yang dapat
membantu kampanye crowdfunding dan KUR.
Dengan begitu, Tani Hub dan Tani Fund memperkuat ekosistem bersama-sama dengan
pihak bank yang biasanya memberikan pinjaman dana dan asuransi.
10. How Millenials should prepared for
Industry 4.0 (David Hutagalung, Country Director GE Electric)
Sepak terjang
General Electric (GE) di Indonesia sudah dimulai sejak 75 tahu yang lalu.
Perusahaan ini sendiri telah berdiri di Amerika Serikat sejak 126 tahun yang
lalu, oleh Thomas Alva Edison. Sebagai salah satu direktur GE di Indonesia,
David Hutagalung menyatakan GE bergerak di bidang energi, tenaga listrik, dan
transportasi, serta menjadi penyedia berbagai peralatan medis yang dipakai di
Indonesia. Selain menyuplai mesin di kereta api dan mesin di pembangkit
listrik, GE juga banyak menyuplai MRI, CR-Scan, USG, dan Mammography di berbagai
rumah sakit Indonesia.
Bapak David Hutagalung merupakan salah satu keynote speaker TEF 2018
yang juga memberikan ilmunya dan motivasinya kepada para audience yang
hadir pada saat acara TEF. Dia mengungkapkan bahwa GE Indonesia dapat
membentuk pengolahan pemasaran energi dari dan di Indonesia
David Hutagalung merupakan Direktur Penjualan Regional, ASEAN GE Transportation & President Director PT GE Operations Indonesia.
Sebelum bergabung dengan PT.GE, David pernah menjadi Presiden Indonesian Student Association (Permias), Washington D.C., periode 1999-2000. Ia juga sempat berkarier di US-ASEAN Business Council sebagai resource centre bagi investor AS mengenai ekonomi maupun politik.
David memulai karirnya dengan GE pada tahun 2007 sebagai Direktur Pengembangan Pasar untuk GE Indonesia.
Setelah itu, David memegang posisi Direktur Kebijakan dan Hubungan Pemerintah GE untuk ASEAN, di mana ia memimpin dan mengelola hubungan energi pemerintah di seluruh Asia Tenggara untuk GE Energy Services.
Menurut David, Indonesia memiliki potensi pasar yang sangat besar untuk hampir semua unit bisnis .
David Hutagalung merupakan Direktur Penjualan Regional, ASEAN GE Transportation & President Director PT GE Operations Indonesia.
Sebelum bergabung dengan PT.GE, David pernah menjadi Presiden Indonesian Student Association (Permias), Washington D.C., periode 1999-2000. Ia juga sempat berkarier di US-ASEAN Business Council sebagai resource centre bagi investor AS mengenai ekonomi maupun politik.
David memulai karirnya dengan GE pada tahun 2007 sebagai Direktur Pengembangan Pasar untuk GE Indonesia.
Setelah itu, David memegang posisi Direktur Kebijakan dan Hubungan Pemerintah GE untuk ASEAN, di mana ia memimpin dan mengelola hubungan energi pemerintah di seluruh Asia Tenggara untuk GE Energy Services.
Menurut David, Indonesia memiliki potensi pasar yang sangat besar untuk hampir semua unit bisnis .
11. Entrepreneurs Panel (Local
entrepreneurs questions and answer)
Pada diskusi
panel ini, peserta dan panelis melakukan tanya jawab. Dipandu oleh Ricardo
Situmeang, Eric Wijaya dari mapaya.id dan Trisnayanti Pardede dari Batikta
menjawab pertanyaan-pertanyaan dari mahasiswa seperti sedang ngobrol.
Panel diskusi bersama Malaya dan Batita yang menawarkan produk mereka
kepada para konsumen dan audience yang hadir di Toba Entrepreneurship
Festival 2018.
12. Mentorship Session from Gerakan 1000
Startup (Revolutionizing Service Sector: Experience from GO LIFE) (Dayu Dara
Permata Vice President of Gojek Indonesia)
Dayu
menyatakan bahwa Go-Jek meskipun sudah dianggap Super App (aplikasi yang
memiliki sangat banyak fitur dalam 1 platform, all in one), namun tetap menjaga
budaya startup dan rasa ingin belajar. Aplikasi Go-Jek menghubungkan 90 juta
pemakainya dengan jutaan penyedia jasa. Dayu menyarankan agar para milenial
calon entrepreneur di Kawasan Danau Toba berfokus pada pemecahan masalah, bukan
kepada menciptakan atau mempertahankan alat-alat atau tools-nya, karena
platform atau teknologi yang dipakai bisa saja berubah, namun tujuannya tetap
sama. Dayu juga menyatakan bahwa adalah wajar bila suatu aplikasi memiliki
keterbatasan, karena hal ini memungkinkan fokus pada hal-hal yang belum pernah
diberikan oleh perusahaan-perusahaan sebellumnya. Slah satu contoh yang diambil
adalah AirBnB, sebuah perusahaan yang mempermudah turis untuk menginap di
rumah-rumah warga yang memiliki kamar kosong. AirBnB tidak membangun hotel atau
memiliki rumah, AirBnB hanya hanya terbatas pada memberikan pilihan-pilihan
yang bisa diakses.
13. Right Costumer, Right Offer, Right
Channel and Right Time (DR Frederick Situmeang)
Bagi
mahasiswa IT Del, Frederick Situmeang dikenal sebagai pengajar di dalam Program
Pre-Master, sebuah kerjasama antara Insitut Teknologi Del dan Universiteit van
Amsterdam. Pada TEF 2018, beliau berbicara tentang Marketing Management
(Pengeloloaan Pemasaran). Frederick menyatakan produk dan pelayanan harus
memperhatikan dan mementingkan Customer Experience (pengalaman pelanggan).
Artinya, bukan hanya produk dan pelayanan dengan berbagai fitur yang hebat,
membantu pemecahan masalah, tapi juga memberikan pengalaman yang baik bagi
pelanggan. Oleh karena itu, perusahaan harus membuat pelanggan betah dalam
memakai produknya berlama-lama atau menggunakan jasa perusahaan tersebut
berkali-kali. Sebagai contoh, Frederick mengangkat produk Apple tahun 1980-an
yang hampir mirip dengan iPhone atau iPad masa kini. Produk tersebut
revolusioner karena memperbolehkan pemakai mengirim email lewat genggaman.
Namun produk tersebut tidak terlalu berhasil karena konsumen pada saat itu pemakaian
email belum terlalu luas. Sehingga, tidak ada pengalaman mengirim email yang
dapat dibangun. Sehingga, pada saat itu, tidak banyak yang sadar dan merasa
bahwa alat ini sebenarnya sangat membantu. Oleh karena itu, pengembangan di
Kawasan Danau Toba harus memperhatikan interaksi, perasaan, dan emosi apa yang
ada dari pengalaman dan perjalanan yang dilakukan oleh turis-turis yang
memiliki berbagai latar belakang saat mereka berada di Kawasan Danau Toba. Frederick
berulang kali menyatakan pentingnya analisa data, sehingga pengembangan tidak
menggunakan asumsi yang tidak jelas asal dan dasarnya. Sehingga ‘Pelanggan
Tepat, Penawaran Tepat, Saluran Tepat, dan
Waktu yang Tepat’ dapat
tercapai.
Gimana nih, udah pada nambah belum ilmunya? Ajibb..
Subscribe to:
Posts (Atom)